Rabu, 19 Juni 2013

PROFIL KELURAHAN TIDAR SELATAN

GAMBARAN UMUM  KELURAHAN 
KECAMATAN MAGELANG SELATAN
 KOTA MAGELANG



1.   Gambaran  Fisik

Kondisi Geografis dan Administratif
Kelurahan  Tidar Selatan merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang. Kelurahan  merupakan salah satu kawasan perbatasan dengan Kabupaten Magelang yang berada di sebelah selatan perkotaan, dengan berbagai macam ciri-ciri atau karakteristik kota yang mendominasi. Kelurahan  mempunyai luas 126.9 Ha atau 1.269 Km2. Adapun batas-batas administratif Kelurahan  adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara       : Kelurahan Tidar Utara Kecamatan Magelang Selatan Kota
                             Magelang
Sebelah Timur      : Desa Sidomulyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang
Sebelah Selatan    : Desa Mertoyudan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten
                             Magelang
Sebelah Barat       : Kelurahan Magersari Kecamatan Magelang Selatan Kota
                             Magelang.
Topografi/Kemiringan Lahan
Berdasarkan topografinya, Kelurahan  mempunyai bentuk kontur yang relatif datar yang berpengaruh pada arah aliran saluran kota yang menuju ke sungai Elo. Kondisi ini memungkinkan adanya genangan air di beberapa kawasan. Kelerengan tanahnya berkisar antara 0 – 8 %.
Kelurahan  merupakan kawasan yang terletak di dataran rendah. Kelurahan  100% berupa tanah yang datar sampai berombak dengan dataran paling rendah pada daerah sungai, karena kawasan ini dilewati oleh sungai yang cukup besar, yaitu Sungai Elo serta berbatasan langsung dengan Desa Sidomulyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang di sebelah Timur. Kondisi wilayah yang bergelombang tersebut memperkecil kemungkinan wilayah ini terjadi banjir, karena air hujan akan langsung dialirkan dan diserap oleh sungai Elo yang berada di kawasan ini.
Hidrologi
Kelurahan  merupakan wilayah yang terletak di bawah Gunung Tidar. Kondisi Hidrologi Kelurahan  dapat dilihat melalui empat hal yaitu air tanah, air PAM, dan Daerah Aliran Sungai. Tanah di Kelurahan  memiliki kedalaman air tanah < 15 meter. Bagi wilayah yang termasuk ke dalam wilayah perkotaan, sumur dengan kedalaman < 15 meter adalah normal. Jika kurang dari 7 meter termasuk dangkal dan jika lebih dari 15 meter termasuk dalam.
Kelurahan  juga dilalui oleh sungai yaitu, Sungai Elo. Oleh karena itu, kawasan ini merupakan Daerah Aliran Sungai. Sungai Elo memiliki lebar ± 28 meter.
Tata Guna Lahan (Pemanfaatan Lahan)
Kelurahan  memiliki hamparan  lahan seluas 126.9 Ha atau 1.269 Km2 yang meliputi jenis penggunaan tanah sebagai tanah sawah, permukiman, fasilitas umum, dan lain-lain.


2. Gambaran Sarana Prasarana

Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembangunan suatu wilayah, karena kualitas SDM dapat diukur dari seberapa besar tingkat pendidikan yang diperoleh masyarakat.
Ketersediaan sarana pendidikan di Kelurahan  dapat dikatakan cukup lengkap, yaitu mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan Madrasah. Bahkan di Kelurahan ini terdapat sekolah agama berupa TPQ, di antaranya RW I, II, III, IV, V, VI dan RW VII. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi kehidupan masyarakat Kelurahan  yang bersifat religius. 
Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan  antara lain poliklinik, Pukesmas Pembantu dan Puskesmas Pusat Magelang Selatan,dan bidan tradisional. Sarana kesehatan khususnya Posyandu Balita & Lansia yang ada hampir semuanya tersebar di masing-masing RW.
Sarana Perekonomian
Kelurahan  merupakan salah satu kelurahan yang memiliki potensi ekonomi yang cukup beragam, di bidang perikanan serta perdagangan dan jasa. Bidang perikanan didukung oleh keberadaannya lahan pertanian yang cukup luas. Bidang industri banyak sekali IKM Sentra Tahu  kemudian memberi pengaruh yang cukup besar terhadap kegiatan perdagangan. Dengan kegiatan industri tahu tersebut juga memunculkan berbagai macam industri pengolahan tahu, seperti industri krupuk tahu Yuka dan Cahaya Tidar. Selain itu juga dengan terdapatnya pusat kegiatan Ekonomi yaitu Pasar Gotong Royong yang di himpit oleh 9 RW dari 12 RW yang ada di Kelurahan  RW-RW tersebut adalah RW IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan RW XII.

Dari kegiatan perdagangan yang dikembangkan di Kelurahan  adalah jenis perdagangan ritel. Hal itu dapat dilihat dari hampir sebagian besar penggunaan lahan ekonomi, terutama di sepanjang jalan utama.


Sarana Pemerintahan
Sebagai kawasan yang terletak di dekat pusat kota, menjadikan kawasan ini cukup strategis dalam segala hal, salah satunya adalah ada kantor pemerintahan yang terdapat di kawasan Kelurahan , di samping kantor Kelurahan .
Kantor pemerintahan yang terdapat di Kelurahan  adalah Kantor Kecamatan Magelang Selatan.

Prasarana Jalan dan Jembatan
Dilihat dari sistem jaringan jalan yang ada, Kelurahan  mempunyai pola jaringan papan catur/grid system yaitu saling berpotongan pada sumbu utama Selatan - Utara dan Barat - Timur. Perpotongan tersebut berpusat pada perempatan di Jln Sukarno Hatta sebagai jalan utama menuju Kota Yogjakarta.
Jalan-jalan dan jembatan yang ada di Kelurahan  dibangun untuk mempermudah kegiatan perhubungan atau sirkulasi yang menghubungkan satu wilayah dengan wilayah yang lainnya. Kelurahan  yang dilewati oleh jalan utama menuju Kota Yogjakarta setidaknya harus memiliki jalan yang kondisinya baik karena merupakan jalur utama transportasi kota yang dilewati oleh berbagai armada atau angkutan baik angkutan pribadi maupun angkutan umum.
Di samping itu, Kelurahan  yang dialiri oleh Sungai Elo dan Sungai Manggis juga harus memiliki jembatan yang representatif kegunaannya. Kondisi lalulintas yang cukup padat serta bermacam kendaraan yang berjalan melintasi jalanan di Kelurahan  membuat jalan dan jembatan di kawasan ini harus dirawat supaya tidak mudah rusak.
Jalan-jalan di Kelurahan  rata-rata adalah jalan aspal, terutama di jalan-jalan utama. Di samping itu, juga terdapat jalan dengan konstruksi beton, paving dan masih terdapat jalan tanah yang merupakan jalan lingkungan di beberapa RW. Kondisi jalan juga cukup baik, meskipun masih ada beberapa jalan yang mengalami kerusakan.
Jaringan Listrik dan Telepon
Jaringan listrik di Kelurahan  telah menjangkau seluruh kawasan, namun belum seluruh penduduk menggunakan listrik sebagai sumber energi penerangan.
Telepon merupakan salah satu kebutuhan masyarakat untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Kebutuhan akan telepon dapat dipenuhi dengan adanya infrastruktur berupa jaringan telepon. Di Kelurahan , jaringan telepon telah menjangkau di seluruh kawasan meskipun tidak semua penduduk menggunakan telepon rumah sebagai alat komunikasi. 
Jaringan Air Bersih dan Sanitasi
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi masyarakat, yaitu untuk minum, memasak, mencuci, dan juga mandi. Namun, tidak semua warga di Kelurahan  telah memiliki sumber air bersih sendiri. Masih ada beberapa rumah yang menggunakan fasilitas umum dan juga menumpang untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Sumber air bersih di Kelurahan  sebagian besar adalah menggunakan PDAM yang disediakan oleh pemerintah dan juga sumur. Tidak ada masyarakat yang menggunakan sumber air berupa air sungai karena kondisi air sungai yang kotor dan tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi atau mencuci. 
Drainase
Jaringan drainase di Kelurahan  berupa jaringan drainase terbuka dan tertutup dengan jaringan drainase utama atau primer adalah sungai. Jaringan drainase sekunder berada di jalan-jalan utama kawasan. Jaringan  drainase tersier berada di sepanjang jalan lingkungan berupa selokan. Jaringan drainase sekunder merupakan penghubung antara jaringan drainase primer dengan tersier. Akan tetapi, tidak semua kawasan telah memiliki jaringan drainase sendiri. Masih ada sekitar 30 % dari total seluruh rumah yang ada di Kawasan Kelurahan  tidak memiliki saluran atau jaringan drainase.
Jaringan Persampahan
Sistem pengelolaan sampah di Kelurahan  masih memerlukan perhatian khusus, karena hampir seluruh kawasan belum memiliki pengelolaan sampah secara mandiri dan cenderung masih mengelola secara individual. Bahkan, hampir 50 % warga justru membuang sampah ke sungai/selokan, meskipun ada TPS yang disediakan untuk tempat pengumpulan sampah sementara sebelum diangkut dan dibuang ke TPA. 
Jaringan Air Limbah
Keberadaan sungai yang ada wilayah ini ternyata dimanfaatkan oleh sebagian penduduk untuk pembuangan limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah industri, sehingga sungai dipenuhi oleh sampah-sampah rumah tangga dan limbah industri. Masih banyak juga penduduk yang memanfaatkan sungai dan juga selokan untuk jamban, sehingga mereka membuat jamban non permanen di pinggir sungai atau langsung melakukan kegiatan buang air besar di selokan. Dari hasil pemetaan swadaya juga diketahui bahwa belum semua KK atau rumah tangga telah memiliki sanitasi atau saluran air limbah sendiri.
Di Kelurahan  juga diperoleh data bahwa belum semua KK memiliki MCK pribadi. Setidaknya 420 KK di Kelurahan  atau sekitar 25 % dari total KK di Kelurahan  ( 1681 ) masih menggunakan MCK umum, dan ada 150 KK yang masih menumpang.
Beberapa industri tahu / kawasan pasar gotong royong ternyata juga masih banyak yang belum mempunyai IPAL sendiri, sehingga mereka membuang limbah sisa kegiatan industri langsung ke sungai ataupun jaringan drainase. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran drainase, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan sebagai endemi tumbuhnya penyakit yang disebabkan oleh nyamuk karena air limbah tersebut menggenang karena aliran drainase yang tidak lancar. Bahkan, banyak warga sekitar yang mengeluhkan sumber bau dari limbah tersebut.


3.  Profil Nonfisik

A.   Demografi
Penduduk menduduki tempat yang sangat penting dalam rencana Penataan sebuah kawasan, karena penduduk merupakan subyek sekaligus obyek pembangunan itu sendiri, sehingga tingkat keberhasilan pembangunan sebuah kawasan sangat ditentukan oleh keberadaan penduduk di kawasan tersebut. Partisipasi aktif penduduk dalam pembangunan kawasan juga sangat diperlukan agar perencanaan pembangunan kawasan tersebut tepat sasaran dan sesuai dengan keinginan serta harapan penduduk. Karena bagaimanapun juga, tujuan utama dari perencanaan pembangunan sebuah kawasan adalah untuk kesejahteraan penduduk.
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan  pada tahun 2011 adalah sebesar 5.761 jiwa. Penduduk tersebut tersebar ke dalam 12 RW dan 45 RT. Adapun nama-nama kampung yang ada di Kelurahan  antara lain :
·         Kampung Tidar Campur
       Kampung ini terdiri dari 1 RW dan 5 RT. Di kampung ini terdapat IKM    Sentra   Industri tahu, Perusahaan Rosok, Perusahaan Oto Bis Sumber Waras.
·         Kampung Tidar Sawe
Kampung ini terdiri dari 1 RW dan 3 RT, Kelurahan  dan Kecamatan Magelang Selatan berada dalam kawasan RW ini.
·         Kampung Tidar Salakan
Kampung ini terdiri dari 1 RW dan 3 RT, Kampung ini berada di perbatasan
Antara Kota Magelang dengan Kabupaten Magelang khususnya Kecamatan Mertoyudan, di kampung ini terdapat sumber mata air yang dapat dimaanfatkan guna air bersih untuk kebutuhan sehari-hari di 3 RW dan 10 RT.
·         Kampung Tidar Warung
Kampung ini terdiri dari 3 RW dan 11 RT, kampung ini berdekatan dengan pasar Gotong Royong
·         Kampung Trunan
Kampung ini terdiri dari 3 RW dan 12 RT, kampung ini sebagai kampung industri tahu dan kerjinan tahu lainnya seperti kerupuk tahu, kerajinan kerang dan lain-lain
·         Kampung Tidar Sari
Kampung ini terdiri dari 3 RW dan 11 RT, kampung ini terletak di belakang pasar gotong royong

Struktur Penduduk berdasarkan Umur
Struktur penduduk Kelurahan  berdasarkan umur pada tahun 2011 didominasi oleh penduduk pada usia produktif (jenjang usia 20-59 tahun), yaitu sebanyak 3343 jiwa.
Kelompok Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
2
3
4
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-39
40-49
50-59
60+
271
219
253
233
212
218
485
410
327
224
253
220
227
285
227
230
472
460
302
233
524
439
480
518
439
448
957
870
629
457
JUMLAH
2.852
2.909
5.761

Gambar 3.18 Grafik Struktur Penduduk Berdasarkan Umur
Sumber : Data Monografi Kelurahan , Bulan September 2011.

Struktur Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan berguna untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia yang terdapat di suatu wilayah, karena tingkat pendidikan merupakan salah satu tolok ukur kualitas SDM. Pada tahun 2011, penduduk di Kelurahan , sebagai berkut :

1.    Tidak / Belum Sekolah
2.    Tidak Tamat SD / Sederajat
3.    Tamat SD / Sederajat
4.    Tamat SMP / Sederajat
5.    Tamat SLTA / Sederajat
6.    Diploma I / II
7.    Akademi / Diploma III / S. Muda
8.    Diploma IV / Strata I
9.    Strata II
814 orang
442 orang
1.250 orang
882 orang
1.400 orang
10 orang
88 orang
366 orang
15 orang
Jumlah
5.237 orang

Struktur Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Sesuai dengan letak wilayahnya yang berada di dekat pasar Gotong Royong, Industri Tahu dan Lahan Pertanian, maka banyak penduduk di Kelurahan  bermata pencaharian sebagai pedagang, Petani, Buruh Tani, Wira usaha dan lain-lain.

  1. Perekonomian Kelurahan
Kegiatan Ekonomi
Kegiatan ekonomi penduduk di Kelurahan  cukup beragam. Kegiatan ekonomi penduduk berdasarkan lapangan usaha dapat dibagi ke dalam beberapa kegiatan utama, antara lain :
a)  Industri
b)  Perdagangan dan Jasa
Kegiatan ekonomi lain yang juga mendominasi adalah kegiatan perdagangan dan jasa. Kegiatan ini terutama terletak di sepanjang jalan-jalan utama. Kegiatan perdagangan rata-rata berupa perdagangan ritel. Sedangkan kegiatan jasa yang terdapat di Kelurahan  antara lain adalah LBH, jasa menjahit, salon, warung makan, rental mobil, bengkel, dll.
c)  Industri Pengolahan
Kegiatan industri pengolahan di Kelurahan  cukup beragam, mulai dari industri rumah tangga, industri kecil, sedang hingga besar. Sedangkan jenis kegiatan industri pengolahan yang terdapat di Kelurahan  antara lain industri tahu dan kerajina rumah tangga lainnya.


         4. Potensi Kelurahan  

A. Potensi Keruangan
·         Letak atau Posisi Kelurahan  yang Strategis
Letak Kelurahan  berdasarkan kondisi geografis dan administratif sangat strategis, yaitu dekat dengan pusat kota, sehingga memiliki banyak kemudahan yaitu akses yang mudah terjangkau, didukung oleh kemudahan jalur transportasi.
·         Dilintasi 2 Sungai
Kelurahan  dilintasi oleh dua sungai, yaitu Sungai Elo dan Sungai Manggis. Keberadaan dua sungai tersebut sangat berpeluang untuk mengembangkan potensi pariwisata perairan, sekaligus memberi peluang bagi beberapa penduduk untuk membuka usaha baru di bidang persewaan perahu.

B. Potensi Kependudukan dan Sosial Budaya
·         Memiliki Sumber Daya Manusia yang Potensial
Struktur penduduk Kelurahan  didominasi oleh penduduk pada usia produktif (jenjang usia 20-59 tahun), sehingga memiliki potensi banyak tenaga kerja.
·         Mempunyai Organisasi/Kelembagaan Sosial Masyarakat yang Beragam dan Solid
Kelurahan  memiliki beberapa organisasi sosial kemasyarakatan yang cukup beragam dan solid, sehingga mempermudah mengkoordinir atau menggerakkan masyarakat untuk memberikan partisipasinya dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan.
·         Karakter Masyarakat  yang Rukun, Gotong Royong, dan Agamis
Masyarakat Kelurahan  dikenal sebagai masyarakat yang memiliki karakter yang rukun, gotong royong serta agamis. Hal tersebut sangat berpotensi untuk membentuk sebuah komunitas masyarakat yang hidup dalam suasana aman dan nyaman, serta memperkecil kemungkinan terjadinya benturan kepentingan antar warga.

C. Potensi Ekonomi
·         Banyak Industri Rumah Tangga
Selain didominasi oleh kegiatan perikanan, perdagangan dan jasa, di Kelurahan  juga terdapat beberapa industri rumah tangga seperti catering, payet, pengolahan sampah. Keberadaan industri-industri rumah tangga tersebut sangat berpotensi untuk memberdayakan penduduk Kelurahan , terutama perempuan agar memiliki ketrampilan khusus, sehingga dapat membantu perekonomian serta mengurangi tingkat penganggura
·         Adanya Pasar Gotong Royong
Sebagai potensi untuk masyarakat menyalurkan atau menjual hasil produknya.

D. Potensi Sarana Prasarana
·         Ketersediaan Sarana yang Lengkap dan Memadai
Ketersediaan sarana pendidikan baik formal maupun nonformal, seperti TK, TPQ, SD, Madrasah, SMP, SMA, SMK, dan Ponpes.
Ketersediaan sarana prasarana keagamaan yang cukup yaitu 5 masjid dan 10 musholla, sehingga dapat melayani dan mempermudah penduduk untuk melakukan aktivitas ibadah.
Sarana dan Prasarana olah raga cukup beragam dan lengkap, antara lain lapangan sepakbola, lapangan tenis, lapangan basket. Bahkan, Sarana kesehatan yang ada di Kelurahan  dapat dikatakan cukup lengkap, antara lain tersedianya Poliklinik, apotek, praktek dokter dan juga bidan ataupu pasyandu balita/lansia.
·         Memiliki Prasarana atau Infrastruktur yang Lengkap
Selain ketersediaan sarana yang lengkap dan memadai, Kelurahan  juga memiliki prasarana atau infrastruktur yang lengkap, antara lain jaringan jalan dan jembatan, jaringan listrik dan telepon yang telah menjangkau seluruh kawasan, jaringan serta jaringan air bersih. Bahkan, Kelurahan  juga dilewati oleh jalan-jalan utama menuju Kota Yogyakarta.

·         Sanimas di RW V dan RW XI (Percontohan Kota Magelang)
Adanya rencana pemerintah Kota Magelang untuk membangun Sanimas di RW 5 & XI sebagai upaya untuk penyediaan MCK umum untuk masyarakat menjadi satu langkah yang baik bagi Penataan kawasan menuju kawasan yang teratur dan sehat. Rencana pembangunan Sanimas ini sekaligus menjadi Proyek Percontohan di Kota Magelang


5. Permasalahan

Permasalahan utama yang dihadapi di Kelurahan  ditinjau dari 3 aspek, yaitu aspek lingkungan, aspek kependudukan dan sosial budaya serta aspek sarana prasarana
A.   Aspek Lingkungan
Ø  Adanya permukiman kumuh di bantaran sungai
Di kelurahan  terdapat kawasan kumuh tengah kota yang terdapat di daerah pinggir sungai.
Ø  Kemacetan di Depan Pasar Gotong Royong
Pasar Gotong Royong Kelurahan  merupakan untuk menampung pedagang-pedagang. Penataan ruang ini diharapkan untuk mengatasi masalah kemacetan tiap pagi, namun setelah pasar selesai dibangun dan pedagang pindah, namun lalu lintas di jalan tersebut masih macet tiap paginya, seta masih adanya pedagang yang berjualan di trotoar sehingga terjadi penyalahgunaan fungsi ruang yang dapat menimbulkan pemandangan yang tidak baik,
Ø  Pembuangan Limbah Cair dari Pengusaha Tahu yang Tidak Diolah Terlebih Dahulu
Banyaknya pengusaha industri tahu di Kelurahan  ternyata belum diimbangi dengan pola pengolahan limbah cair secara terpadu. Kondisi tersebut tentunya sangat mengganggu masyarakat sekitar, terutama bau dari limbah cair yang membuat polusi. Limbah cair dari industri tahu tersebut juga mengakibatkan terjadinya penyumbatan saluran drainase atau selokan. Hal tersebut sangat mengganggu pengguna jalan serta menimbulkan bau yang tidak enak,

Ø  Prasarana Fasilitas Umum yang Tidak Layak
Di RW III terdapat 4 jembatan sebagai penghubung yang kondisinya masih kurang layak karena struktur bangunan jembatan tersebut yang masih tradisional dan usia yang sudah tua. Sehingga arus penghubung sangat terganggu,
Ø  Kurangnya Sarana dan Prasarana Dalam Pengelolaan Lahan yang Produktif
Luasnya lahan pertanian yang dimiliki tetapi adanya keterbatasan sarana dan prasarana sehingga hasil yang didapat oleh petani baik petani padi maupun petani ikan kurang maksimal.
  
B.   Aspek Kependudukan dan Sosial Budaya
·         Padatnya Penduduk di RW IV, V, VI, VII, VIII , IX dan RW XII
RW IV, V, VI, VII, VIII, IX dan XII merupakan kawasan yang mengalami ledakan jumlah penduduk. Dilihat dari luas wilayahnya, maka jumlah penduduk di 6 RW tersebut telah sangat padat, bahkan untuk beberapa tahun yang akan datang, luas lahan yang ada tidak dapat menampung lagi jumlah penduduk yang lebih besar. Jika hal tersebut terjadi, maka akan menimbulkan desakan kepentingan yang semakin besar, sehingga dikhawatirkan akan menjadikan kawasan semakin kumuh dan sesak.
·         Masih Terdapat Anak Putus Sekolah Pendidikan Dasar 9 Tahun
Di tengah kemudahan sarana pendidikan yang ada saat ini, ternyata beberapa penduduk usia sekolah di Kelurahan  masih ada yang mengalami putus sekolah, terutama wajib belajar 9 tahun. Hal tersebut salah satu faktornya adalah karena kondisi ekonomi keluarga yang masih memprihatinkan atau miskin, sehingga para pelajar tersebut terpaksa harus putus sekolah.
C.   Aspek Sarana Prasarana
v  Beberapa Jaringan Jalan Mengalami Kerusakan
Kondisi beberapa jaringan jalan di Kelurahan mengalami kerusakan, mulai dari kerusakan ringan hingga sedang. Hal tersebut sangat mengganggu pengguna jalan, sehingga kerapkali perjalanan mereka terganggu oleh kondisi aspal maupun paving yang telah rusak. Bahkan, beberapa jalan lingkungan masih berupa tanah, sehingga hal tersebut juga mengganggu pengguna jalan, terutama yang menggunakan kendaraan, karena kondisi jalan yang tidak rata atau bergelombang
v  Drainase atau Saluran Air Hujan (selokan) macet
Belum optimalnya kinerja drainase atau saluran air hujan di beberapa RW di Kelurahan  akibat pembangunan drainase yang belum selesai. Hal tersebut menyebabkan drainase macet atau menyumbat, sehingga air tidak dapat mengalir ke jaringan drainase primer (sungai).
v  Belum Ada Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah di sebagian besar kawasan masih berjalan secara individu, sehingga banyak penduduk yang memilih untuk membuang sampah ke sungai daripada ke tempat sampah. Akibatnya tingkat pencemaran Sungai Elo dan Sungai Manggis semakin besar dan air sungai semakin kotor serta terjadi pendangkalan air sungai.

v  Belum adanya MCK (6 RW)
Tidak semua KK di Kelurahan  memiliki MCK pribadi. Bahkan, sebagian penduduk membangun MCK umum yang tidak permanen di tepi Sungai/Membuang kotoran langsung di drainase. Akibatnya, terjadi pencemaran limbah manusia di tepi Sungai/Drainase.
  
v  Belum Adanya Ruang Terbuka Publik Tingkat RW
Padatnya bangunan di Kelurahan  mengakibatkan semakin sempitnya lahan terbuka di kawasan ini. Bahkan, di tingkat RW, tidak tersedia cukup lahan untuk tempat bermain anak atau sebagai lapangan olahraga, sehingga penduduk merasa tidak memiliki tempat yang memadai untuk melakukan interaksi sosial.

v  Minimnya Penghijauan
Pemanfaatan lahan di Kelurahan  yang sebagian besar digunakan untuk tempat tinggal serta tempat usaha membuat kondisi penghijauan di kawasan ini masih sangat minim. Terlebih lagi kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penghijauan, sehingga beberapa kawasan permukiman di RW tertentu seperti RW V panas karena tidak adanya pepohonan atau tanaman yang dapat menyerap sinar matahari, sehingga mempengaruhi kualitas iklim yang cenderung panas.
v  Kurangnya Sarana Prasarana Pendukung Pertanian
Besarnya jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani ternyata belum diimbangi dengan ketersediaan sarana prasarana pendukung. Akibatnya, banyak petani yang masih meladang dengan cara tradisional, sehingga hasil yang diperoleh juga kurang maksimal. Petani juga sering terganggu oleh terjadinya kurangnya pengairan, sehingga seringkali petani tersebut mengalami gagal panen.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar